Tired stressed out mother with daughter.
Jakarta

#HaiBunda, saya seorang ibu yang telah dikaruniai dua anak perempuan yang cantik dan salihah. Mungkin dari luar, orang-orang melihatku sebagai seorang perempuan yang bahagia lahir batin. Namun, itu semua sebenarnya tidaklah nyata..

Masalah yang datang ke dalam keluargaku seakan selalu datang tak habis-habisnya. Menguras energi dan kesedihan yang tak ada ujungnya..

Ada saja masalah dari kedua orang tuaku yang membuatku merasa tidak berdaya. Fokus ku untuk anak-anak pun menjadi buyar. Padahal aku masih sangat membutuhkan sosok orang tua tempat untuk bersandar. 

Semua berawal dari keputusan adikku untuk menikahi seorang laki-laki yang ternyata membawa hal buruk terhadap orang tua kami. Tak disangka ternyata ia memiliki perangai yang sangat buruk dan berani untuk bersikap kurang ajar kepada orang tuaku.

Suatu hari iparku pernah melempar batu ke kaca rumah saat Ayah kami tengah pergi ke masjid. Kejadian itu membuat orang tuaku sangat sakit hati. Mereka pun menjadi sibuk untuk menghadapi adik iparku ini sampai-sampai Ayah rela meminjam uang ke sana-sini. Apesnya, mereka malah kena tipu hingga menjual rumah dan kini terpaksa mengontrak rumah.

Belum usai di situ, Ayah kemudian berusaha kabur dari rumah untuk menjual ginjalnya ke rumah sakit. Untungnya kami sempat menghentikan niatnya tersebut dan keesokan harinya Ayah pun pulang ke rumah. Ia mengaku pihak rumah sakit menolak menerima ginjalnya karena ia tidak membawa tanda pengenal berupa KTP.

Tak menyerah, Ayah kabur kedua kalinya tapi kali ini langkahnya terhenti saat melihat masjid dan memutuskan untuk salat di sana kemudian kembali ke rumah.

Sementara itu, Ibu selalu minta uang kepadaku. Aku pun selalu berusaha memenuhi permintaan mereka, yang penting mereka sehat dan tercukupi.

Aku merasa sedih kasihan dengan kondisi Ibu dan Ayah. Mereka mempunyai tujuh anak, tapi satu meninggal sehingga tersisa 3 laki-laki dan 3 perempuan, termasuk aku.

Yang membuatku tambah sakit hati, kakak-kakak tak ada yang peduli dengan keadaan orang tua kami, sedangkan aku anak perempuan pertama.

Di sisi lain, aku cuma mengandalkan uang suami karena saya udah berhenti kerja. Sebelumnya aku mengajar di salah satu sekolah swasta di Palembang sekaligus pegawai tata usaha di sekolah swasta. Namun semenjak punya anak, aku memutuskan untuk resign karena tak ada yang bisa menjaga anak-anak. Aku pun enggan merepotkan mertua karena ia sudah tua.

Duh, rasanya ingin sekali berkeluh kesah, tapi harus bercerita ke siapa? Aku tak mau merepotkan orang tua dan mertua.

Teradang aku suka merasa iri dengan perempuan lain yang masih bisa pulang ke rumah orang tua saat mengalami masalah atau sedang lelah, tapi aku tak bisa.

Aku hanya bisa memendam semua keluh kesah ini sendiri. Prinsipku, tak apa akan aku hadapi semuanya asalkan kedua orang tuaku bahagia.

Memang benar ya Bun, meski sudah menjadi ibu, seorang anak perempuan tetaplah butuh sosok Ibu dan Ayahnya. Sedih rasanya, tapi aku percaya Allah Maha Penolong. Pada akhirnya nanti, Allah akan memberi kebahagiaan ke keluarga kami..

– Bunda S, Palembang –

Mau berbagi cerita juga, Bun? Yuk cerita ke Bubun, kirimkan lewat email [email protected]. Cerita terbaik akan mendapat hadiah menarik dari HaiBunda.

(pri/pri)

Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes:

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>